
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan akan mengurangi porsi ekspor gas pipa yang berasal dari Sumatera ke Singapura. Hal ini upaya untuk memenuhi kebutuhan gas di dalam negeri.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto, sebagai ganti pengurangan gas dari Sumatera, pemerintah akan mengalokasikan sumber lain untuk tetap bisa mengekspor ke Singapura, yakni dari Natuna.
“Kita akan memaksimalkan ekspor gas pipa dari Natuna, dari Sumatera kita kurangi yang ke Singapura, untuk kebutuhan dalam negeri, pemenuhan Singapura kita maksimalkan dari Natuna,” jelasnya saat ditemui usai acara Launching OLNG FEED Masela di Jakarta, dikutip Kamis (10/4/2025).
Dia mengatakan, sekitar 30 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) ekspor gas ke Singapura akan dikurangi mulai Juni 2025 mendatang. “Untuk sementara targetnya 30 MMSCFD. 3 kargo lah. (Target) Juni (2025),” bebernya.
Saat ini pemerintah masih berupaya memenuhi kebutuhan gas dari sumber lapangan migas di dalam negeri. Sementara opsi impor menurutnya belum diputuskan.
“Sampai dengan saat ini kita kan belum impor ya, kalau memang dibutuhkan nanti kita lihat sedang dievaluasi itu, sementara ini kita masih upayakan pemenuhan LNG itu dari dalam negeri,” tambahnya.
Penurunan produksi gas
Sebelumnya, Wakil Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Achmad Widjaja menyebutkan kondisi suplai gas bumi saat ini masih aman meski Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) membuat alokasi gas menjadi tidak merata.
Achmad juga mengakui pasokan gas dalam jaringan pipa transmisi gas South Sumatera-West Java (SSWJ) sudah mengalami penurunan sejak 3-5 tahun lalu.
“Siapapun sudah tahu bahwa kondisi SSWJ sudah decline dari sejak 3-5 tahun yang lalu,” jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Jumat (14/3/2025).
Dari 7 sektor yang mendapat gas dengan harga “murah” tersebut, menurutnya industri keramik dan baja sudah mengalami kekurangan gas.
Achmad mengungkapkan bahwa sumber gas untuk memasok pipa yang dioperasikan oleh PT PGN (Persero) tersebut sudah diupayakan untuk ditambah dari berbagai sumur baru hingga upaya blending gas.
“Ada sebagian area yang sudah dijanjikan oleh PGN bahwa itu ada sumur-sumur baru, terus digabungkan dan di blending plus ada kondisi di mana LNG juga dibawa ke Jawa dan Sumatera, itu yang menjadi bagian daripada blending,” ungkapnya.
Padahal, Achmad menilai sejatinya isu pasokan gas bukan menjadi masalah jika alokasi, pemakaian, dan kebutuhan industri bisa ditata dengan baik. Dia menilai, lantaran diberlakukannya skema perseroan, maka pasokan gas untuk industri menjadi kurang merata.
“Kondisi supply (gas) sesungguhnya kalau mau dijalankan sungguh-sungguh seharusnya tidak menjadi masalah. Cuman, pemerintah ini melalui perusahaan gas negara ini kan masih ada mengambil sikap apa namanya, skema perseroan,” paparnya.