AS Makin Kaya Raya, Temukan “Harta Karun Besar Dunia” 2 Miliar Ton

Tambang Tanah Jarang (Rare Earth) di China. (Foto: CNBC)

Ilmuwan dari American Rare Earth baru-baru ini berhasil menemukan potensi deposit rare earth atau tanah jarang berjumlah 2 miliar ton. Hal ini dituangkan lembaga tersebut kepada media Unilad.

Dalam sebuah pernyataan, CEO American Rare Earths Don Schwartz menyebutkan bahwa potensi sebesar itu tersimpan di Amerika Serikat (AS). Penemuantersebut meliputi oksida neodymium, praseodymium, samarium, disprosium, dan terbium.

Meskipun jarang terdengar, bahan-bahan ini digunakan dalam teknologi. Seperti telepon pintar, mobil hibrid, dan pesawat terbang, serta hal-hal yang lebih umum seperti bola lampu dan lampu.

“Temuan ini telah ‘melampaui impian terliar’ dalam proyek (penggalian) tersebut,” ujarnya, dikutip Jumat (15/11/2024).

Saat ini, 95% mineral tanah berasal dari China, dengan AS sendiri mengimpor 74%. Namun, setelah larangan ekstraksi pada Desember 2023, American Rare Earths berupaya memecahkan rekor China.

Perusahaan tersebut pertama kali mulai mengebor pada Maret 2023 dan memperkirakan 1,2 juta metrik ton mineral di Wyoming. Namun, pengeboran lebih lanjut telah mengungkap lebih banyak lagi.

“Hasil ini menggambarkan potensi proyek yang sangat besar ketika sumber daya meningkat sebesar 64% selama kampanye pengeboran pengembangan, yang meningkatkan sumber daya terukur/terindikasi sebesar 128%,” tambah Schwartz.

“Biasanya, Anda akan melihat sumber daya berkurang saat pengeboran infill berlangsung, sebaliknya, kami melihat yang sebaliknya, dengan hanya 25% proyek yang dibor hingga titik ini,” katanya.

American Rare Earths bukan satu-satunya yang ikut serta dalam proyek penggalian ini. Perusahaan lainnya, Ramaco Resources, mengungkapkan telah menemukan endapan mineral langka di dekat Sheridan, Wyoming, yang nilainya bisa mencapai US$ 37 miliar (Rp 589 triliun)

“Kami hanya mengujinya pada kedalaman 100, 200 kaki, yang merupakan kedalaman maksimum yang Anda inginkan untuk tambang batu bara konvensional,” kata CEO Ramaco Resources Randall Atkins kepada Cowboy State Daily.

“Jauh lebih dalam dari itu, dan biayanya akan mahal untuk menambang batu bara seharga US$ 15 (Rp 24 ribu) per ton. Namun, ada lapisan yang kedalamannya hampir mencapai 1.000 kaki. Jadi, kami mengebor hingga ke kedalaman yang lebih dalam untuk melihat apa yang ada di sana,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*