Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Faizal Rochmad Djoemadi mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi bisnis logistik di Indonesia. Terutama untuk bisnis jasa logistik dan pengiriman di bawah 50 kg.
Dia menjelaskan untuk jasa logistik, tantangan yang dihadapi berupa kompetisi yang terfragmentasi. Faizal mencontohkan, setiap logistic untuk kepentingan konstruksi berbeda dengan kebutuhan pangan atau kesehatan.
Selain itu, Gudang atau warehouse yang disediakan juga berbeda antara kebutuhan konstruksi dan kebutuhan pangan atau kesehatan.
“Jadi di transportasi beda, di warehouse beda, cara bongkar muatnya beda, kalau nggak pakai container. Terus izin ekspor impornya beda. Jadi tantangan di logistik market size-nya besar. Tetapi juga fragmented, pemainnya banyak dan unik as a spesifik sehingga Pos Indonesia harus memilih,” ungkap dia dalam BUMN Performance Report 2024 di Program Evening Up CNBC Indonesia, Jumat (12/9/2024).
Dia mengungkapkan bahwa spending logistik nasional saat ini mencapai 24% dari Produk Domestik Bruto. Adapun untuk nilainya mencapai sekitar Rp 2.400 triliun.
“Memang besar kuenya. Tetapi pemainnya ribuan dan unik,” tambah dia
Tantangan yang dihadapi oleh pengiriman di bawah 50 kg pun serupa belaka. Di mana ada lebih dari 700 pemain di sektor ini.
“Tantangan di kurir ekspres parcel tidak kalah menarik. Memang market size-nya tidak lebih besar dari logistik. Ini market size-nya kurang lebih Rp 125 triliun per tahun. Tidak sampai 1/10 logistik. Tapi pemain lebih dari 700,” jelas Faizal.
Dengan jumlah yang mencapai 700 penyedia jasa, kompetisi di bisnis ini terbilang ketat. Bahkan dia menyebut sulit mencari keuntungan di jasa layanan pengiriman parcel.
“Sehingga memang ini adalah industri yang berdarah-darah. Setiap perusahaan modenya survival. Supaya tetap untung karen sulit cari keuntungan di sini,” pungkas Faizal.