Dolar Melemah ke Rp15.000, Beli HP – Umroh Bisa Lebih Murah

Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat tampak disambut positif oleh berbagai pihak. Rupiah yang menguat diharapkan dapat mendorong roda perekonomian Indonesia ke depannya dan mengurangi beban sebagian masyarakat.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di posisi Rp15.095/US$ atau menguat 0,56% pada Rabu (25/9/2024). Posisi ini merupakan yang terkuat sejak 31 Juli 2023.

Lebih lanjut, rupiah juga telah mengalami apresiasi 1.350 poin dari titik terlemahnya pada 21 Juni 2024 yakni di angka Rp16.445/US$.

Berbagai sendi perekonomian Indonesia cenderung mendapatkan keuntungan ketika rupiah mengalami penguatan. Berikut ini hal-hal yang mendapat sentimen positif di tengah penguatan rupiah.

1. Harga Barang Impor Turun

Perusahaan yang beroperasi dengan memanfaatkan barang-barang impor cenderung akan diuntungkan dengan menguatnya rupiah karena beban perusahaan untuk ongkos impor bisa berkurang.

Beban yang berkurang tentu akan membuat kompensasi terhadap pendapatan menjadi lebih ringan, yang hasilnya bisa mendongkrak laba bersih perusahaan.

Sektor farmasi akan menjadi salah satu yang diuntungkan lantaran dominasi impor bahan baku masih mencapai 90%.Pada 2023, nilai ekspor produk industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional Indonesia meningkat 8,78% dibandingkan 2022.

2. Impor BBM dan Migas Jadi Murah

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa impor produk Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya bahan bakar pesawat yakni avtur dan juga diesel, meningkat pada Semester I 2024.

BPS melaporkan, impor hasil minyak RI selama Januari-Juni 2024 mencapai 17,41 juta ton, naik 7,27% dari 16,23 juta ton pada periode yang sama di 2023. Adapun nilai impor hasil minyak melonjak menjadi US$12,81 miliar dari US$11,69 miliar pada Januari-Juni 2023.

Impor hasil minyak tersebut terdiri dari impor BBM jenis bensin (RON 90 ke atas), bahan bakar pesawat berupa aviation gasoline (avgas) dan aviation turbine (avtur), bahan bakar diesel, dan hasil minyak lainnya.

Lebih lanjut, BPS juga mencatat impor minyak dan gas (migas) sepanjang Januari-Agustus 2024 mengalami kenaikan sebesar 7,93% dari periode yang sama tahun lalu menjadi US$24,24 miliar.

Rupiah yang mengalami penguatan akan mengurangi beban negara untuk membayar impor BBM dan migas.

3. Impor HP Jadi Lebih Murah

Realisasi impor perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) cenderung mengalami kenaikan sejak 2020.

Data Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat realisasi impor TIK pada 2020 sebesar US$5,09 miliar dan pada 2023 mencapai US$8,66 miliar.

Sebagai catatan, pada 2023, impor perangkat TIK Indonesia masih didominasi ke 5 negara asal diantaranya China, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Jepang.

KemendagFoto: REALISASI IMPOR PERANGKAT TIK INDONESIA TAHUN 2018-2024 (JANUARI) (US$ juta)
Sumber: Kemendag

Begitu pula dengan impor smartphone melonjak 422% dari US$379,02 juta pada 2019 menjadi US$ 1,98 miliar pada 2023.

Impor terbesar 2023 adalah untuk smartphone yakni menembus US$1,97 miliar atau sekitar Rp31,64 triliun. Data menunjukkan 98,7% impor smartphone datang dari China.

4. Beban Utang Negara & Swasta Menjadi Lebih Ringan

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2024 mencapai US$414,3 miliar atau sekitar Rp6.255,9 triliun (kurs Rp15.100/US$), naik 4,1% secara tahunan.

Posisi ULN pemerintah pada Juli 2024 sebesar US$194,3 miliar, atau tumbuh sebesar 0,6% (year on year/yoy) dan posisi ULN bank sentral pada periode yang sama sebesar US$24,82 miliar.

Sedangkan ULN swasta mencapai US$195,2 miliar atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,1% (yoy).

Kendat total ULN Indonesia mengalami lonjakan yang cukup besar, namun bersamaan dengan rupiah yang menguat, maka total nominal ULN Indonesia cenderung akan lebih kecil jika dibandingkan dengan saat rupiah masih di kisaran level Rp16.000/US$.

5. Biaya Sekolah & Umrah Menjadi Lebih Murah

Bagi orang tua yang menyekolahkan anaknya di luar negeri akan mengurangi beban biaya dengan menguatnya nilai tukar rupiah.

Sebagai estimasi, jika ada orang tua yang sebulan mengirim biaya sekolah US$ 1.000 maka dia harus menukar Rp 15,6 juta jika kurs dolar AS di Rp 15.600. Uang yang dikeluarkan sedikit lebih kecil sekitar Rp 15 juta jika kurs menguat menjadi Rp 15.000/US$1.

Begitu pula dengan Umrah, mengingat pembayaran umrah dan haji adalah menggunakan dolar AS karena mayoritas biaya dikonversi ke dolar untuk dibayar ke pihak Arab Saudi. Maka jika nilai dolar AS semakin murah terhadap rupiah tentu akan berdampak pada lebih rendahnya biaya umrah yang dapat mengakibatkan naiknya jumlah minat warga Indonesia untuk melaksanakan ibadah umrah.

Untuk diketahui, setiap tahunan, jutaan masyarakat Indonesia melaksanakan ibadah umrah. Pengecualian terjadi pada 2020 dan 2021 di mana tengah terjadi pandemi Covid-19.

Jemaah umrah dari Indonesia melonjak drastis setelah pandemi usai. Jumlah Jemaah melonjak menjadi 1,22 juta pada 2023 dari 1 juta pada 2022.

Sebagai contoh, biaya pendaftaran awal umroh sekitar US$ 1.500. Bila kurs sekitar Rp 15.600/US$1 maka biaya pendaftaran mencapai  Rp 23,4 juta. Biaya pendaftaran hanya sebesar Rp 22,5 juta.

https://heylink.me/kera4d-testing/
https://northfacesoutletonline.net/
https://coachfactoryoutletbbx.net/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*