Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit dan melesat hingga 1% pada perdagangan sesi I Selasa (19/11/2024), setelah empat hari beruntun merana hingga kembali ke level psikologis 7.100.
Per pukul 10:34 WIB, IHSG melesat 1,03% ke posisi 7.206,65. IHSG pun berhasil kembali ke level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4 triliun dengan volume transaksi mencapai 8,8 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 533.854 kali. Sebanyak 323 saham menguat, 215 saham melemah, dan 214 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni mencapai 5,8%.
Sementara dari sisi saham, emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), emiten konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) serta PT DCI Indonesia Tbk (DCII) menjadi penopang IHSG di sesi I hari ini yakni masing-masing mencapai 22,1, 9,6, 9,3, dan 6,1 indeks poin.
Berikut ini saham-saham penopang IHSG di sesi I hari ini.
IHSG berhasil bangkit dan melesat lebih dari 1%, setelah empat hari beruntun merana dan bertahan di level psikologis 7.100.
Melesatnya IHSG pada sesi I hari ini terjadi di tengah wait and see investor menanti keputusan suku bunga terbaru dari bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) dan Bank Indonesia (BI) pada Rabu besok.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan mulai hari ini hingga Rabu besok. Salah satu hal yang ditunggu pelaku pasar adalah soal keputusan suku bunga BI (BI rate) periode November 2024.
Sebagai catatan, pada Oktober lalu, BI menahan suku bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
“Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% pada 2024 dan 2025,” jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di kantornya, Rabu (16/10/2024).
Kebijakan tersebut ditujukan juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Fokus kebijakan moneter jangka pendek ini pada stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian para keuangan global,” ujarnya.
Selain BI, pasar juga menanti kebijakan suku bunga terbaru PBoC, di mana bank sentral Negeri Panda tersebut juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya besok.
China lewat Loan Prime Rate (LPR) tenor satu dan lima tahun diperkirakan pasar masih akan menahan suku bunganya masing-masing sebesar 3,1% dan 3,6% setelah sebelumnya memangkas suku bunganya dari 3,35% dan 3,85%.
Untuk diketahui, LPR satu tahun memengaruhi pinjaman perusahaan dan sebagian besar pinjaman rumah tangga di China, sementara LPR lima tahun digunakan sebagai acuan untuk suku bunga hipotek.
Langkah ini sudah diperkirakan. Sebelumnya, Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan pinjaman akan dipangkas 20 hingga 25 basis poin (bps).