Indonesia ternyata memiliki tanaman ‘ajaib’ sebagai salah satu yang berfungsi menggantikan peran Bahan Bakar Minyak (BBM). Tanaman tersebut adalah Sorgum.
Nah, saat ini, PT Pertamina (Persero) tengah berupaya menggenjot pemanfaatan tanaman sorgum sebagai bahan baku pembuatan bioetanol untuk campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin. Sebab, sorgum memiliki potensi besar untuk membantu Indonesia mencapai swasembada pangan dan energi.
Senior Vice President (SVP) Teknologi Inovasi PT Pertamina, Oki Muraza menyadari pemanfaatan tebu sebagai bahan baku bioetanol sering bersinggungan dengan kebutuhan pangan, khususnya untuk produksi gula. Sehingga ada potensi konflik antara sektor energi dan pangan.
Namun, berbeda dengan tebu, sorgum tidak menghadapi masalah serupa. Sorgum merupakan tanaman yang multifungsi, di mana bulirnya bisa diolah menjadi tepung atau beras sorgum sebagai alternatif pengganti gandum, sementara batangnya dapat digunakan untuk menghasilkan bioetanol.
“Bisa paralel. Jadi untuk kasus budidaya sorgum ini tidak ada konflik antara food or energy. Jadi food-nya diperkuat, mengurangi impor gandum dan batangnya ini mengurangi impor BBM,” kata Oki dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (22/10/2024).
Hanya saja, tantangan yang dihadapi saat ini adalah terkait peningkatan kapasitas produksi nasional dari tanaman sorgum. Oleh sebab itu, Pertamina saat ini tengah berupaya untuk membudidayakan tanaman sorgum.
Oki membeberkan bahwa saat ini Pertamina, tengah menggarap proyek percontohan budidaya sorgum di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Pihaknya menggunakan data geospasial untuk menentukan ketersediaan lahan yang cocok bagi budidaya sorgum.
“Jadi kita lihat sekarang geospasial berapa sih tersedia lahannya. Kemudian kita lihat lagi berapa yang bisa diperuntukkan untuk pertanian dan kita lihat juga kecocokan tanah dengan tanaman, dengan sorgum. Harapannya nanti produksi di pilot ini kita bisa orkestra kan seperti tadi. Bulirnya menjadi pangan, di-off-take oleh petani dan juga bisa didistribusikan, juga bisa diekspor untuk mengurangi impor gandum tadi dan kemudian batangnya menjadi bioetanol,” ungkap Oki.