
Naskah, surat, guntingan surat kabar, majalah, foto, rekaman suara dan gambar serta karya sastra yang totalnya melebihi 150 ribu tersimpan rapi di Pusat Dokumentasi Sastra Hans Bague Jassin atau PDS HB Jassin di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat.
Keberadaan itu semua menjadikan tempat itu sebagai destinasi pemuas dahaga penikmat sastra dan berkembang sebagai pusat arsip sastra terbesar dan terlengkap di Indonesia.
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada 28 Mei 2025 mencatatkan arsip di PDS HB Jassin sebagai Memori Kolektif Bangsa, yang mencerminkan pengakuan nasional terhadap nilai historis dan budaya dalam lingkup kesusastraan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta Nasruddin Djoko Surjono mengatakan, dalam cakupan yang lebih luas, koleksi di PDS HB Jassin berdampak internasional, terutama di kawasan Melayu dan Asia Tenggara. Hal tersebut tercermin dari adanya kliping, riset, serta korespondensi HB Jassin dengan sastrawan dari Singapura, Malaysia, hingga Filipina.
Jejak interaksi ini membuktikan PDS HB Jassin bukan hanya milik Indonesia, namun juga bagian penting dari peta sastra dunia di Asia Tenggara.
Inilah yang kemudian menjadi alasan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta mengusulkan koleksi di PDS HB Jassin ke UNESCO melalui Memory of the World Committee for Asia-Pacific (MOWCAP) atau Memori Dunia untuk Asia Pasifik .
Tujuannya bukan sekadar simbol pengakuan internasional, tetapi juga melakukan langkah strategis untuk melestarikan warisan dokumenter, memperkuat identitas nasional, sekaligus memperluas pengaruh budaya Indonesia di tingkat global.
Hal ini juga menjadi wujud tanggung jawab dalam menjaga, melestarikan, dan membuka akses koleksi bagi generasi mendatang. Sementara khususnya bagi Jakarta, ini dapat memperkuat perannya sebagai kota sastra dunia yang telah ditetapkan UNESCO pada tahun 2021.