Rusia dilaporkan menembakkan rudal balistik menengah hipersonik atau intermediate-range ballistic missile (IRBM) ke Ukraina pada Kamis pagi waktu setempat. IRBM itu bernama ‘Oreshnik’, yang dalam bahasa Rusia berarti ‘pohon kemiri’.
Rusia melemparkan rudal balistik baru tersebut ke kota Dnipro di Ukraina timur. Ini menyebabkan rusaknya bangunan dan berpotensi melukai puluhan orang.
Pemberitaan ini merevisi laporan sebelumnya yang mengatakan bahwa rudal yang ditembakkan adalah rudal balistik antarbenua (ICBM). Lalu seperti apa Oreshnik ini dan seberapa kuat?
Oreshnik sendiri merupakan bagian dari persenjataan hipersonik Rusia yang terus berkembang. Rudal ini merupakan rudal balistik jarak menengah yang mampu menempuh jarak hingga 5.500 kilometer (3.400 mil), membawa hulu ledak konvensional atau nuklir.
Rudal ini dilaporkan didasarkan pada model rudal RS-26 Rubezh Rusia. Ini adalah sistem eksperimental yang dirancang untuk muatan konvensional dan nuklir.
Hal ini dibenarkan oleh Wakil Sekretaris Pers Pentagon Amerika Serikat (AS), Sabrina Singh. Iamenggambarkan Oreshnik sebagai varian rudal balistik RS-26 Rusia.
RS-26 adalah rudal berbahan bakar padat seberat 40 ton yang berada di antara dua kategori perjanjian. Bergantung pada sudut tembakannya, RS-26 dapat menempuh jarak sedikit lebih dari 3.400 mil.
Senjata ini sebenarnya bisa menjadikannya ICBM. Namun, IRBM, lebih nyaman digunakan.
Masalah bagi para perancang RS-26 adalah, hingga tahun 2019, AS dan Rusia sama-sama menjadi pihak dalam Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) tahun 1987. Perjanjian itu melarang pengujian dan penyebaran rudal yang menempuh jarak antara 310 dan 3.400 mil.
Namun, ia meyakini, Rusia secara diam-diam terus mengembangkan rudal ini. Untuk menghindari pelanggaran Perjanjian INF secara terbuka selama pengujian pra-2019, Rusia mengarahkan RS-26 agar melesat tepat melewati ambang batas perjanjian sejauh 3.400 mil, meskipun desain rudal tersebut lebih condong ke jarak menengah daripada jarak antarbenua.
Sementara serangan terbaru pemerintah Presiden Vladimir Putin tersebut merupakan balasan Rusia terhadap penggunaan senjata canggih Inggris, Storm Shadow dan senjata canggih AS, ATACMS oleh Ukraina. Rusia telah memberi pesan izin AS dan Inggris merupakan eskalasi besar perang, yang bisa mengarah ke perang dunia ke-3 (PD 3).