Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia khawatir Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia terbebani naiknya harga minyak mentah dunia. Hal ini imbas dari peperangan yang semakin meluas, khususnya wilayah Timur Tengah (Timteng).
Bahlil tak memungkiri, bahwa harga minyak mentah dunia memiliki dampak langsung terhadap Indonesia. Maklum, saat ini Indonesia merupakan negara net importir minyak mentah, untuk menutupi kebutuhan di dalam negeri.
“Kita berdoa agar harga minyak dunia tidak terkoreksi (imbas perang). Karena kalau ini terjadi maka pasti akan membebani APBN kita. Karena kita kan masih impornya (minyak mentah) kurang lebih 900 (ribu bph) sampai 1 juta barel per day. Dan impor memakai harga dunia gitu,” ujar Bahlil usai sebuah acara penghargaan di Hotel Luwansa, Jakarta, dikutip Selasa (8/10/2024).
Asal tahu saja, pada perdagangan hari ini, Selasa (8/10/2024) pukul 09:14 WIB, harga minyak brent dibuka di posisi US$ 80,25 per barel. Begitu pula dengan harga minyak WTI yang berada dii posisi US$ 76,48 per barel.
Bahlil menilai dengan kondisi harga minyak mentah yang berlaku saat ini, selama masih dalam batas APBN maka keuangan negara tidak akan terpengaruh. Namun, jika harga minyak mentah terus melonjak di luar batas APBN, maka akan mebebani keuangan dan beban negara untuk bisa mengimpor minyak.
“Kalau sampai dengan harga masih dalam batas APBN itu nggak ada pengaruh. Artinya, kalau perang terjadi dan harga minyak dunia tidak bergerak itu nggak apa-apa. Tapi kalau perang terjadi tapi harga minyak dunia naik, itu berdampak pada perekonomian dan beban keuangan APBN kita ya,” tegasnya.
Diketahui, saat ini dunia berada di tengah kekhawatiran bahwa Timur Tengah mungkin berada di ambang perang besar-besaran.
Pertikaian di Timur Tengah semakin intens setelah Hezbollah yang didukung Iran menembakkan roket ke kota ketiga terbesar Israel, Haifa, dan Israel terlihat siap untuk memperluas ofensifnya ke Lebanon, setahun setelah serangan Hamas yang memicu perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Sebelumnya, kenaikan harga minyak dunia terjadi ini dimulai setelah Iran meluncurkan serangan misil ke Israel pada 1 Oktober. Israel bersumpah untuk membalas dan sedang mempertimbangkan opsi-opsinya, dengan fasilitas minyak Iran dianggap sebagai target yang mungkin.
Namun, beberapa analis menilai bahwa serangan terhadap infrastruktur minyak Iran tidak mungkin terjadi. Kendati tetap ada kemungkinan serangan terhadap fasilitas minyak Iran, terdapat kapasitas cadangan sebesar 7 juta barel per hari dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menggantikan kehilangan produksi minyak tersebut, seperti yang dicatat oleh analis ANZ Bank pada hari Jumat.
Impor minyak Indonesia
Sedangkan, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode Januari-Juni 2024 jumlah impor minyak mentah di Indonesia terhitung mencapai 8,17 juta ton dengan nilai CIF (Cost, Insurance, Freight) mencapai US$ 5,19 miliar atau setara Rp 83,94 triliun (asumsi kurs Rp 16.174 per US$).
Angka impor minyak tersebut terhitung naik tipis dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. BPS mencatat, Indonesia mengimpor minyak mentah hingga 8,15 juta ton pada periode Januari-Juni 2023, dengan nilai CIF mencapai US$ 4,94 miliar setara Rp 79,9 triliun.
Namun, untuk impor khusus bulan Juni 2024, impor minyak mentah RI tercatat mencapai 1,69 juta ton, dengan niai US$ 1,13 miliar. Impor minyak mentah pada Juni 2024 ini naik dari impor minyak mentah pada Juni 2023 yang tercatat sebesar 1,17 juta ton dengan niai US$ 672,35 juta. Impor minyak mentah pada Juni 2024 ini juga meningkat dibandingkan Mei 2024 yang sebesar 1,24 juta ton dengan niai US$ 836,37 juta.
Adapun, Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan impor minyak dan gas bumi (migas) Juni 2024 senilai US$ 3,27 miliar, naik 19,01% dibandingkan Mei 2024.
Secara tahunan impor Juni 2024 meningkat 7,58% di mana nilai impor migas dan nonmigas naik masing-masing 47,71% dan 1,69%.
Amalia mengungkapkan kenaikan impor migas yang cukup tinggi didorong oleh peningkatan impor minyak mentah dan impor hasil minyak.
Lebih detail, BPS juga mengungkapkan impor hasil minyak di Indonesia pada periode Januari-Juni 2024 mencapai 17,4 juta ton dengan nilai CIF US$ 12,8 miliar setara Rp 207,02 triliun.
Sedangkan pada periode yang sama pada tahun 2023 lalu impor hasil minyak di Indonesia mencapai 16,2 juta ton dengan nilai CIF US$ 11,69 triliun setara Rp 189,07 triliun.