Daya beli masyarakat Indonesia semakin melemah, khususnya pada kelompok kelas menengah ke bawah. Pemerintah harus segera menyiapkan respons kebijakan agar kelompok tersebut tidak semakin jatuh dan tenggelam.
“Daya beli kelas menengah bawah semakin lemah,” ungkap Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam agenda BIRAMA (Bank Indonesia Bersama Masyarakat) di Gedung BI, Jakarta, Senin (2/12/2024)
Pembagian kelompok ini sangat penting dilakukan untuk memahami secara lebih rinci kondisi daya beli. Menurut Andry, apabila dua kelompok digabung maka memang tidak terlihat ada permasalahan sebab daya beli kelas menengah atas terus naik. Sangat berbeda dibandingkan dengan kelas menengah bawah.
“Jadi kalau kelas menengah atas naiknya tinggi sekali,” tegasnya.
Kelas menengah, secara khusus menjadi perhatian Andry karena sangat rentan dengan situasi global. Misalnya pergerakan nilai tukar. Selama tahun 2024, rupiah bergerak cukup liar baik ketika melemah maupun dalam tren penguatan.
Tekanan lain muncul dari lonjakan harga barang pokok, misalnya beras. Menurut Andry komponen beras akan menekan keuangan masyarakat kelas menengah. Di samping juga biaya tambahan yang muncul karena kebijakan pemerintah.
“Penurunan daya beli kelas menengah ke bawah karena terlalu banyak biaya yang dikeluarkan,” ujarnya.