Polisi Ungkap Detail Rencana Pengeboman di Konser Taylor Swift

Suasana di luar stadion Happel setelah tiga konser Taylor Swift minggu ini dibatalkan setelah pemerintah mengonfirmasi rencana serangan di stadion di Wina, Austria, 8 Agustus 2024. (AFP/SERGEI GAPON)

Konser Taylor Swift di Wina, Austria sempat mendapat ancaman serangan bom bunuh diri yang terinspirasi dari kelompok ISIS. Akibatnya, konser penyanyi asal Amerika selama tiga hari di negara tersebut harus dibatalkan.

Pengacara Ina-Christin Stiglitz yang mendampingi tersangka utama suara terkait kliennya. Ia menyebut kliennya hanya “bermain-main dengan ide” tersebut.

“Itu menarik baginya,” katanya, menunjukkan bahwa kliennya tidak benar-benar bermaksud untuk melakukan serangan serius, seperti dilaporkan Reuters, Minggu (11/8/2024).

“Itu hanya bermain-main dengan ide,” katanya. “Ia mengatakan bom itu kualitasnya tidak cukup bagus, tidak akan berhasil.”

Stiglitz mengatakan tersangka yang berusia 19 tahun itu telah meneliti secara daring tentang cara membuat bom.

Penyidik Austria sebelumnya mengatakan pemuda tersebut belum lama ini bersumpah setia kepada ISIS. Ia membuat pengakuan penuh setelah polisi menggerebek rumahnya, menyita bahan kimia, parang, dan perangkat lain yang direncanakan oleh para komplotan untuk digunakan dalam serangan bom.

Stiglitz sendiri mengatakan bahwa pemuda tersebut baru terlibat dengan ISIS selama sebulan terakhir.

Di antara tiga remaja lainnya yang ditahan polisi Austria dalam penyelidikan tersebut adalah seorang pemuda berusia 17 tahun, yang menurut Stiglitz digambarkan oleh kliennya sebagai “sahabat karib dan tetangganya”.

Tetangga pemuda berusia 19 tahun itu di kota kecil Ternitz menyatakan terkejut atas penangkapannya. Mereka menggambarkannya sebagai orang yang pendiam tetapi ramah.

Salah satu dari sedikit petunjuk yang menunjukkan potensi radikalisasi adalah bahwa ia baru-baru ini menumbuhkan jenggot panjang, menurut para tetangganya.

Menanggapi pertanyaan tentang mengapa ia mengubah penampilannya, pengacaranya berkata: “Ia ingin menjadi keren.”

Kanselir Karl Nehammer mengatakan sebelumnya bahwa badan intelijen Austria seharusnya memiliki kekuatan yang lebih besar untuk memantau komunikasi pada aplikasi pengiriman pesan guna menghentikan para ekstremis di negaranya.

“Itu hanya bermain-main dengan ide,” katanya. “Ia mengatakan bom itu kualitasnya tidak cukup bagus, tidak akan berhasil.”

Stiglitz mengatakan tersangka yang berusia 19 tahun itu telah meneliti secara daring tentang cara membuat bom.

Penyidik Austria sebelumnya mengatakan pemuda tersebut belum lama ini bersumpah setia kepada ISIS. Ia membuat pengakuan penuh setelah polisi menggerebek rumahnya, menyita bahan kimia, parang, dan perangkat lain yang direncanakan oleh para komplotan untuk digunakan dalam serangan bom.

Stiglitz sendiri mengatakan bahwa pemuda tersebut baru terlibat dengan ISIS selama sebulan terakhir.

Di antara tiga remaja lainnya yang ditahan polisi Austria dalam penyelidikan tersebut adalah seorang pemuda berusia 17 tahun, yang menurut Stiglitz digambarkan oleh kliennya sebagai “sahabat karib dan tetangganya”.

Tetangga pemuda berusia 19 tahun itu di kota kecil Ternitz menyatakan terkejut atas penangkapannya. Mereka menggambarkannya sebagai orang yang pendiam tetapi ramah.

Salah satu dari sedikit petunjuk yang menunjukkan potensi radikalisasi adalah bahwa ia baru-baru ini menumbuhkan jenggot panjang, menurut para tetangganya.

Menanggapi pertanyaan tentang mengapa ia mengubah penampilannya, pengacaranya berkata: “Ia ingin menjadi keren.”

Kanselir Karl Nehammer mengatakan sebelumnya bahwa badan intelijen Austria seharusnya memiliki kekuatan yang lebih besar untuk memantau komunikasi pada aplikasi pengiriman pesan guna menghentikan para ekstremis di negaranya.

kingslot

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*