Rupiah Melemah, Dolar Ditutup Naik Jadi Rp 16.590

Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Nilai tukar rupiah terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penantian kebijakan perdagangan Presiden AS, Donald Trump ke mitra dagang.

Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (25/3/2025) pukul 15:01 WIB ditutup pada posisi Rp16.590/US$, melemah 0,24%.

Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14:50 WIB menguat tipis atau 0,07% di angka 104,36 Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 104,01.

Adapun rupiah pada perdagangan intraday sempat menyentuh titik terendah sejak 23 Maret 2020. Per pukul 09:32 WIB dolar turun 0,54% ke level Rp 16.640 per US$.

Pelemahan rupiah hari ini dapat dijelaskan oleh beberapa faktor utama yang meningkatkan permintaan terhadap dolar AS, seperti pembayaran utang luar Negeri pada kuartal kedua dan banyak perusahaan serta pemerintah Indonesia memiliki kewajiban pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo. Untuk memenuhi kewajiban tersebut, mereka perlu menukar rupiah ke dolar AS, sehingga permintaan terhadap dolar meningkat dan menekan nilai tukar rupiah.

”Masuk kuartal dua permintaan dolar cukup kuat untuk pembayaran utang dan dividen selain outflow dari pasar saham” kata Kepala Ekonom PT Bank Sentral Asia Tbk David E. Sumual kepada CNBC Indonesia.

Lebih jauh, perusahaan-perusahaan di Indonesia membagikan dividen kepada pemegang saham asing (Pembayaran dividen ke luar negeri) pada periode ini. Dividen tersebut dibayarkan dalam dolar AS. Oleh karena itu perusahaan harus membeli dolar dalam jumlah besar, yang meningkatkan tekanan terhadap rupiah.

Arus Keluar Modal (Capital Outflow) dari Pasar Saham dipicu oleh ketidakpastian global, seperti kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump, serta gejolak geopolitik. Hal tersebut menyebabkan investor asing menarik dananya dari pasar saham Indonesia. Mereka mengkonversi rupiah ke dolar sebelum membawa modalnya keluar, yang berkontribusi pada pelemahan rupiah.

Kombinasi faktor-faktor tersebut meningkatkan permintaan terhadap dolar AS, sementara pasokan rupiah yang beredar meningkat, sehingga nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin melemah.

”Hal ini tentunya juga akan menunda prospek penurunan suku bunga BI, karena BI menempatkan stabilitas mata uang sebagai salah satu faktor penting,” Chief Economist Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian.

https://bookswithoutcovers-readings.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*