Rupiah Siap-siap ‘Menggila’! Dolar AS Diramal Bakal di Bawah Rp15.000

Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)
Foto: Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)

Tren penguatan nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus berlanjut ke depannya. Dolar Amerika Serikat (AS) bahkan dimungkinkan menyentuh level di bawah Rp15.000.

“Penguatan rupiah akan terus berlanjut hingga ke level di bawah Rp15.000/US$,” ungkap Head of Equity Research Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/9/2024).

Penguatan rupiah didorong oleh keputusan Bank Sentral AS Federal Reserve yang mengakhiri era suku bunga acuan tinggi. Tadi malam The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps.

Indeks dolar DXY sekarang berada di ambang penurunan di bawah 100.

Dari dalam negeri sebelumnya Bank Indonesia (BI) juga memangkas suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 bps menjadi 6%. Hal ini direspons positif oleh investor karena diharapkan mampu mendorong perekonomian yang kini mulai lesu.

Hal yang senada juga disampaikan oleh Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro. Meski ada potensi penguatan ke level tersebut, rupiah dimungkinkan kembali ke level 15.200-15.400.

“Level di bawah 15.000 itu terlalu kuat, dibandingkan dengan fundamental pada level 15.200-15.400,” jelasnya kepada CNBC Indonesia.

Perkiraan penguatan rupiah juga diyakini oleh Bank Indonesia (BI). Meskipun tidak disampaikan rupiah akan menguat the ada level tertentu.

“Ke depan nilai tukar diperkirakan akan cenderung terus menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil rendahnya inflasi dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia serta komitmen BI dalam nejaga stabilitas perekonomian,” terang Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/9/2024)

BI memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun ini mencapai 4,7-5,5% atau pada titik tengah 5,1%. Kemudian defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sebesar 0,1-0,9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir tahun 2024. Inflasi juga terkendali sesuai dengan rentang sasaran.

Dari sisi kebijakan, Perry mengungkapkan akan mengoptimalkan seluruh instrumen moneter termasuk strategi pro market lewat optimalisasi SRBI, SVBI dan Sukuk Valas BI.

“Untuk memperkuat efektifitas kebijakan dalam menarik aliran modal asing dan mendukung pengautan rupiah lebih lanjut,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*