Trump Menggila Blokir China, Xi Jinping Ngamuk

Foto kolase Xi Jinping dan Donald Trump. (AP Photo)

China blak-blakan menyebut kebijakan pemblokiran teknologi dari Amerika Serikat (AS) sebagai tindakan diskriminatif. Pernyataan tersebut dikeluarkan usai Presiden AS Donald Trump menuduh China telah melanggar kesepakatan penangguhan tarif tinggi dengan AS yang diteken di Jenewa, Swiss, pada 12 Mei 2025.

“Baru-baru ini, China telah berulang kali menyampaikan kekhawatirannya kepada AS mengenai penyalahgunaan tindakan pengendalian ekspor di sektor semikonduktor dan praktik terkait lainnya,” kata juru bicara Kedutaan Besar China di AS, Liu Pengyu, kepada NBC News.

Ini adalah eskalasi terbaru dalam perang dagang yang sedang berlangsung antara AS dan China, khususnya yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI) dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi paling canggih.

Sebelumnya, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer menyebut dalam wawancara dengan CNBC International bahwa China sangat lambat dalam mematuhi kesepakatan kedua negara di Jenewa.

“China sekali lagi mendesak AS untuk segera memperbaiki tindakan yang salah dalam melakukan pembatasan diskriminatif terhadap China. Kami meminta AS untuk memegang teguh konsensus yang dicapai dalam pembicaraan di Jenewa,” kata Liu, dikutip dari CNBC International, Senin (2/6/2025).

Pernyataan tersebut tidak memberikan perincian terhadap tindakan AS yang dimaksud. Sebelumnya, pada awal bulan ini, China mengatakan AS telah menyalahgunakan kebijakan kontrol ekspor dengan melarang perusahaan-perusahaan AS menggunakan chip AI buatan Huawei.

Diketahui, AS membatasi ekspor beberapa chip dan teknologi pembuat chip ke China sebagai bagian dari strategi pertahanan nasional. Kebijakan tersebut sudah digaungkan sejak masa jabatan pertama Trump, hingga era pemerintahan Joe Biden, dan kini makin diperketat di masa jabatan kedua Trump.

Pada 2019 lalu, Trump untuk pertama kalinya memasukkan Huawei ke daftar hitam AS. Huawei dilarang menggunakan teknologi buatan AS. Hal ini membuat Huawei makin termotivasi untuk mengembangkan teknologi secara mandiri tanpa ketergantungan dengan AS.

Huawei berhasil mengembangkan sistem operasi mobile HarmonyOS yang lepas dari ekosistem Android. Selain itu, Huawei juga berhasil mengembangkan chip dengan dukungan 5G untuk smartphone tanpa bantuan AS dengan menggandeng SMIC.

Pada 2022, pemerintahan Biden pertama kali memblokir akses China terhadap chip AI paling canggih buatan Nvidia dan AMD. Namun, Huawei mengambil peluang ini dengan mengembangkan chip canggih pengganti Nvidia.

Pembatasan chip makin meluas baru-baru ini. Pembuat software chip asal AS, termasuk Synopsys dan Cadence Design Systems mengatakan pihaknya menerima surat dari Kementerian Perdagangan AS untuk menyetop penjualan ke China.

Tak cuma itu, beberapa saat lalu juga pemerintahan Trump memerintahkan Nvidia untuk berhenti menjual chip H20 ke China. Chip yang kurang canggih itu sebelumnya dirancang khusus oleh Nvidia untuk pasar China untuk mematuhi aturan pembatasan ekspor chip era Biden.

Pada April lalu, pemerintahan Trump memblokir total Nvidia untuk menjual chip, bahkan yang tak canggih, ke China. Nvidia mengatakan perusahaan memiliki inventoris chip senilai US$4.5 miliar yang tak bisa digunakan lagi akibat pemblokiran tersebut.

“AS membuat kebijakan berdasarkan asumsi bahwa China tidak bisa membuat chip AI,” kata CEO Nvidia Jensen Huang.

Kera4d

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*