Presiden RI Prabowo Subianto me-warning ancaman perang besar bisa terjadi di setiap saat. Hal ini ditegaskan Prabowo mengingatkan para menteri dan wakil menteri, dalam Sidang Kabinet Paripurna pekan lalu.
Ia khawatir bahwa ini akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. “Perang besar bisa pecah setiap saat kita harus jamin beri makan sendiri, swasembada energi mutlak,” tegasnya, dikutip CNBC Indonesia Senin (28/10/2024).
Pernyataan Prabowo sepenuhnya benar. Perang memang melanda banyak wilayah di muka bumi mulai dari melebarnya perang di Jazirah Arah hingga meluasnya perang Rusia-Ukraina ke Rusia NATO.
Sabtu pekan lalu misalnya, Israel meluncurkan serangan besar-besaran ke Iran dengan dalih pembalasan dendam atas serangan Iran 1 Oktober. Iran memang sempat menyerang Israel dengan hampir 200 rudal sebagai balas dendam pembunuhan petinggi Hamas dan Hizbullah serta jenderalnya Juli dan September lalu.
Serangan Israel ini memang tak menimbulkan kerusakan parah di Teheran. Namun dilaporkan empat tentara dan satu warga sipil tewas.
Mengutip AFP, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memberi pernyataan terbaru soal serangan Israel ke Iran Minggu. Menurutnya Israel telah berhasil menghantam keras pertahanan dan produksi rudal Iran.
“Angkatan udara menyerang seluruh Iran,” tegasnya.
“Kami memukul keras kemampuan pertahanan Iran dan kemampuannya memproduksi rudal yang ditujukan kepada kami,” tambahnya.
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan negaranya sedang mempertimbangkan tanggapan baru ke Israel. Ini mengindikasikan kemungkinan serangan balasan dilakukan Iran lagi ke Israel.
“Tidak boleh diremehkan,” ujarnya.
Bukan yang Pertama
Kekhawatiran ini sebenarnya bukan perdana disampaikan Prabowo. Sebelum dilantik, ia kerap berbicara, mengingatkan bagaimana perang Arab bisa berimbas pada harga minyak di dalam negeri.
“Kita tidak bisa lagi tergantung impor bahan bakar kalau terjadi krisis sama lagi,” ungkap Prabowo.
Israel tegasnya, bisa menyerang ladang-ladang minyak Iran buntut serangan Iran. Sementara Iran, tambahnya bisa juga menyerang ladang minyak dan gas sekutu-sekutu Amerika Serikat (AS).
“Berarti Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, ini sekutu AS. Karena AS dianggap dukung Israel. Kita bisa bayangkan (harga) minyak bisa berapa,” ujarnya di awal Oktober.
Ia menilai sudah saatnya Indonesia sejatinya bersyukur memiliki sumber daya yang bisa menggantikan bahan bakar minyak (BBM) melalui teknologi solar dari kelapa sawit mulai dari B35, B50 hingga B100.
PD 3 & Perang Nuklir
Bukan hanya Perang Arab yang menjadi perhatian Prabowo. Ia juga menyoroti kemungkinan lain saat ini yang menurutnya, mendekati perang dunia 3 (PD 3).
“Para pakar-pakar strategi dunia mengatakan bahwa kita sekarang berada dalam kondisi yang sangat mendekati kemungkinan pecahnya Perang Dunia ke-3. Kalau pecah PD 3, akan terjadi perang nuklir,” ujarnya September lalu.
Ia mengatakan bahwa dalam sejarah dunia, perang dunia seperti PD 1 dan PD 2 seringkali tidak begitu diramalkan bahkan diremehkan. Namun sejumlah tanda-tanda yang muncul sebenarnya dapat menimbulkan perkiraan bahwa perang besar seperti itu bisa muncul kembali.
“Sejarah menunjukkan bahwa kalau ada dua atau tiga kekuatan yang ingin memaksakan kehendaknya, perang itu meletus,” tegas Prabowo.
“Kita melihat juga situasi saat ini di Palestina, juga mendekati suatu perang yang sangat dahsyat,” tambahnya.
Pernyataan PD 3 dan nuklir ini juga bukan pepesan kosong. Merujuk pernyataan terbaru Presiden Rusia Vladimir Putin misalnya, Moskow, kini sedang merumuskan cara untuk merespons jika negara-negara NATO menyetujui serangan Ukraina ke wilayah Rusia, dengan menggunakan senjata jarak jauh yang disumbangkan negara-negara anggotanya.
“Mereka tidak memberi tahu saya apa pun tentang hal itu, tapi saya harap mereka mendengarnya,” kata Putin dalam wawancara terbaru Minggu, dikutip AFP.
“Karena, tentu saja, kami juga harus mengambil beberapa keputusan untuk diri kami sendiri,” tambahnya.
“Pasukan Ukraina tidak dapat menggunakan senjata ini sendirian. Hanya spesialis dari negara-negara NATO yang dapat melakukannya, karena mereka memerlukan intelijen luar angkasa, yang tentu saja tidak dimiliki Ukraina,” jelas Putin.
AS telah menyumbangkan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) ke Ukraina, yang memiliki jangkauan sekitar 190 mil. Sedangkan Inggris, termasuk Prancis, telah mengirimkan rudal jelajah yang diluncurkan dari udara, Anglo-French Storm Shadow (SCALP), dengan jangkauan sekitar 155 mil.
Namun, negara NATO lain Jerman, menolak menyediakan rudal Taurus ke Ukraina. Ini secara umum mirip dengan rudal peluncur udara Inggris, Storm Shadow.