Mata uang China yuan diperkirakan akan mencapai rekor terendah. Bank investasi besar dan perusahaan riset memproyeksikan yuan lepas pantai akan melemah hingga rata-rata 7,51 per dolar hingga akhir tahun 2025.
Melansir CNBC International pada Kamis (28/11/2024), merujuk data LSEG yang kembali ke tahun 2004, penurunan yuan akan menandai level terlemah mata uang tersebut. Ini bersamaan dengan meningkatnya ancaman tarif presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
“Tarif AS akan… menyebabkan apresiasi dolar … mata uang ekonomi dengan hubungan dagang dekat dengan AS akan mengalami penyesuaian mata uang terbesar,” kata wakil kepala ekonom pasar di Capital Economics, Jonas Goltermann.
“Yuan perlu bergerak ke level 8,42 terhadap dolar untuk sepenuhnya memperhitungkan tarif 60% pada semua barang China,” kata kepala strategi makro valuta asing & pasar berkembang Barclays untuk Asia, Mitul Kotecha.
Selama putaran awal tarif AS pada barang-barang China di bawah masa jabatan pertama Trump sebagai presiden pada tahun 2018, yuan terdepresiasi sekitar 5% dan melemah 1,5% lagi pada tahun berikutnya ketika ketegangan perdagangan meningkat. Saat Trump terpilih lagi sebagai presiden 5 November Yuan kehilangan lebih dari 2% dan terakhir diperdagangkan pada 7,2514 pada Kamis.
Trump sendiri pada Senin telah mengatakan ia akan mengenakan tarif tambahan 10% pada semua barang China yang masuk ke AS. Ia telah menjanjikan tarif 60% atau lebih tinggi pada barang-barang China selama kampanye pemilihannya.
“Ketidakpastian kali ini jauh lebih tinggi daripada selama masa jabatan pertama Trump, mengingat besarnya ancaman tarif dan besarnya ketidakseimbangan perdagangan antara China dan AS,” kata kepala strategi valuta asing & suku bunga China Raya di BNP Paribas, kata Ju Wang.
“Setiap persepsi kurangnya konsistensi dalam pernyataan kebijakan pemerintahan AS yang baru juga akan menambah ketidakpastian,” tambah Wang, yang mengharapkan bank sentral China, PBOC, untuk mengambil “tindakan kontra-siklus untuk mencegah mata uangnya melampaui batas atas”.
Perlu diketahui, China telah mempertahankan kontrol ketat atas nilai yuan di dalam negeri dengan menetapkan harga harian dengan mata uang yang diizinkan untuk diperdagangkan dalam kisaran 2% di sekitar harga tersebut. Perdagangan di luar negeri lebih didorong oleh pasar.
Saat ini, pemerintah China sendiri menghadapi panggilan sulit untuk melindungi yuan agar tidak jatuh terlalu dalam sambil berusaha mengembalikan ekonomi ke jalurnya. Menurut para ekonom setiap depresiasi yuan yang drastis dapat berisiko memperburuk arus keluar modal dan mengirimkan guncangan ke pasar keuangan.
“CNY (yuan) sudah mendekati level 7,3 per USD yang selama ini coba dipertahankan oleh otoritas… dorongan melewati level ini akan meningkatkan volatilitas pasar keuangan China, yang ingin dihindari oleh PBOC,” kata Kepala Ekonom BMI, Cedric Chehab.
Chehab menambahkan namun tantangannya adalah bahwa bank sentral mungkin tidak ingin menaikkan suku bunga untuk menahan penurunan yuan. Hal itu akan membebani pertumbuhan ekonomi yang sudah goyah.
PBOC telah mendukung nilai yuan dalam negeri dengan membatasi nilai tukar referensi harian pada 7,20 per dolar tahun ini. Bulan ini, bank sentral juga mempertahankan beberapa suku bunga kebijakan utama tidak berubah karena berupaya menstabilkan mata uang.