10 Kelenteng Bersejarah di Indonesia, Ada yang Dibangun Abad ke-15

Ilustrasi Klenteng. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Indonesia, dengan keberagaman budayanya, memiliki warisan sejarah yang tersebar di berbagai daerah, termasuk kelenteng-kelenteng yang telah berdiri selama ratusan tahun. Lebih dari sekadar tempat ibadah, kelenteng juga menjadi pusat budaya, sejarah, dan akulturasi yang menggambarkan perjalanan komunitas Tionghoa di Nusantara.

Saat perayaan Imlek, kelenteng-kelenteng ini menjadi tujuan utama umat yang ingin berdoa dan merayakan tahun baru dengan tradisi leluhur.

Berikut adalah sepuluh kelenteng bersejarah di Indonesia yang memiliki kisah unik dan menjadi saksi perjalanan panjang budaya Tionghoa di tanah air

1. Kelenteng Sam Poo Kong, Semarang

Dikenal sebagai Gedung Batu, kelenteng ini merupakan yang tertua di Semarang. Didirikan oleh Laksamana Cheng Ho pada awal abad ke-15, tempat ini awalnya adalah gua yang digunakan untuk berdoa. Setelah mengalami beberapa kali renovasi akibat bencana alam, kini kelenteng ini menjadi simbol akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.

2. Kelenteng Tay Kak Sie, Semarang

Didirikan pada tahun 1746, Tay Kak Sie awalnya dibangun untuk memuja Dewi Kwan Im. Seiring waktu, kelenteng ini menjadi pusat peribadatan bagi berbagai dewa dan dewi dalam tradisi Tionghoa. Terletak di kawasan pecinan Semarang, kelenteng ini menjadi saksi bisu perkembangan komunitas Tionghoa di kota tersebut.

3. Kelenteng Jin De Yuan, Jakarta

Dibangun pada tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen, kelenteng ini awalnya bernama Koan Im Teng. Terletak di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Jin De Yuan menjadi pusat kegiatan keagamaan dan budaya bagi komunitas Tionghoa di Batavia. Arsitekturnya yang khas mencerminkan gaya tradisional Tionghoa dengan sentuhan lokal.

4. Kelenteng Hong Tiek Hian, Surabaya

Merupakan kelenteng tertua di Surabaya yang didirikan pada masa Dinasti Ming. Kelenteng ini awalnya dibangun oleh pasukan Tartar yang menetap di Surabaya. Selain sebagai tempat ibadah, Hong Tiek Hian juga menjadi pusat kesenian tradisional seperti wayang potehi dan barongsai.

5. Kelenteng Kwan Sing Bio, Tuban

Terletak di pesisir utara Jawa, kelenteng ini didedikasikan untuk Dewa Kwan Kong, dewa perang dalam kepercayaan Tionghoa. Uniknya, Kwan Sing Bio memiliki gerbang utama berbentuk kepiting raksasa yang menjadi ikon kota Tuban. Kelenteng ini juga dikenal sebagai salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.

6. Kelenteng Sanggar Agung, Surabaya

Dibangun pada tahun 1999, kelenteng ini terletak di kawasan Pantai Ria Kenjeran. Sanggar Agung memiliki patung Dewi Kwan Im setinggi 20 meter yang menghadap ke laut, memberikan nuansa spiritual yang khas. Tempat ini menjadi destinasi wisata religi yang populer di Surabaya.

7. Vihara Avalokitesvara, Pematangsiantar

Dikenal dengan patung Dewi Kwan Im setinggi 22,8 meter, vihara ini menjadi salah satu ikon kota Pematangsiantar. Didirikan pada tahun 2005, tempat ini menjadi pusat meditasi dan peribadatan bagi umat Buddha, serta menarik wisatawan yang ingin menikmati arsitektur dan suasana yang tenang.

8. Kelenteng Tri Dharma Bumi Raya, Singkawang

Dibangun pada tahun 1878, kelenteng ini menjadi pusat perayaan Cap Go Meh di Singkawang. Arsitekturnya yang megah dengan ornamen khas Tionghoa menjadikannya salah satu kelenteng terindah di Indonesia. Tri Dharma Bumi Raya mencerminkan kerukunan antarumat beragama di kota tersebut.

9. Kelenteng Boen Tek Bio, Tangerang

Didirikan pada tahun 1684, Kelenteng Boen Tek Bio adalah kelenteng tertua di Tangerang. Terletak di kawasan Pasar Lama, kelenteng ini awalnya dibangun sebagai tempat pemujaan bagi Dewa Bumi (Hok Tek Tjeng Sin). Seiring waktu, Boen Tek Bio menjadi pusat kegiatan keagamaan dan budaya bagi komunitas Tionghoa di Tangerang. Arsitektur bangunannya yang khas dengan dominasi warna merah dan ornamen naga menambah keindahan dan keunikan kelenteng ini.

10. Kelenteng Hian Thian Siang Tee, Jepara

Terletak di Welahan, Jepara, Kelenteng Hian Thian Siang Tee diyakini sebagai salah satu kelenteng tertua di Indonesia, dengan usia mencapai ratusan tahun. Kelenteng ini didirikan oleh komunitas Tionghoa yang menetap di daerah tersebut dan menjadi pusat kegiatan keagamaan serta budaya. Arsitektur bangunannya mencerminkan gaya tradisional Tionghoa dengan ornamen khas yang masih terjaga hingga kini.

Kelenteng-kelenteng tersebut tidak selain sebagai tempat ibadah, juga menjadi saksi bisu sejarah panjang dan akulturasi budaya Tionghoa di Indonesia. Mengunjungi kelenteng-kelenteng ini dapat memberikan wawasan mendalam tentang keragaman budaya dan sejarah Nusantara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*