Konsumsi mie instan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sebagian besar masyarakat Indonesia. Beberapa pengusaha berhasil membangun kekayaan dari bisnis ini, menciptakan produk yang dikenal luas hingga pasar internasional.
Kesuksesan para konglomerat ini tidak hanya terbatas pada pasar lokal. Mereka juga berhasil menempatkan diri di daftar orang terkaya Indonesia, berkat kontribusi besar mereka terhadap perkembangan bisnis mi instan.
Lantas, siapa saja konglomerat yang berhasil menduduki jajaran orang terkaya se-Indonesia berkat mie instan? Berikut merupakan daftarnya dilansir dari Forbes.
Anthoni Salim
Antoni Salim memimpin Salim Group dengan investasi di berbagai sektor, seperti makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi. Ia juga menjabat sebagai CEO Indofood, salah satu produsen mi instan terbesar di dunia dengan pendapatan $6,4 miliar atau sekitar Rp96,8 triliun, di mana merek Indomie menjadi unggulannya.
Saat ini, Anthoni Salim berada di posisi kelima orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai $10,3 miliar, sekitar Rp156,2 triliun.
Ia saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur emiten consumer goods PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan juga anak perusahaannya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang merupakan produsen indomie.
Jogi Hendra Atmadja
Jogi adalah pemimpin Mayora Group, salah satu perusahaan makanan terbesar di Indonesia. Grup ini memasarkan produk-produk seperti Kopiko, Danisa, dan Roma di lebih dari 100 negara, termasuk produk mi instan seperti Mie Oven, Migelas, dan Bakmi Mewah.
MYOR didirikan pada tahun 1977 dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang. Setelah mampu memenuhi pasar Indonesia, Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana dan menjadi perusahaan publik pada tahun 1990.
Kekayaannya saat ini mencapai $4,4 miliar atau sekitar Rp66,7 triliun. Hal ini menempatkannya di posisi ke-11 orang terkaya di Indonesia.
Husain Djojonegoro
Husain bersama dua saudaranya menjalankan bisnis Orang Tua Group, yang dikenal dengan produk makanan dan minuman. Selain itu, mereka juga mengelola ABC Group yang memproduksi berbagai produk, termasuk mi instan dengan merek Mie ABC dan Gurimi.
Bisnis Orang Tua, terlahir oleh tangan dingin dua bersaudara yakni, ayah Husain, Chu Sam Yak atau Chandra Djojonegoro dan Chu Sok Sam. Usaha minuman anggur herbal dengan brand cap Orang Tua didirikan melalui NV Handel Maatschappij May Lian & Co di Semarang.
Selanjutnya, perusahaan ini pun berganti nama menjadi PT Perindustrian Bapak Djenggot yang kemudian menjadi Orang Tua Group. Usaha minuman anggur cap Orang Tua berkembang pesat hingga memiliki dua pabrik anggur di Semarang dan Jakarta.
Chandra menunjuk Husain sebagai direktur di PT International Chemical Industrial Co. Ltd yang didirikannya pada 1959 lalu. Perusahaan itu bergerak dalam bidang produksi batu baterai bermerek ABC.
Pada 1974, perusahaannya memperluas cakupan usaha ke sektor makanan dengan mendirikan CV Central Foods Industrial Corporation atau Central Food. Menggunakan brand ABC yang sudah tertanam dalam pikiran masyarakat, perusahaan mengembangkan kecap bermerek ABC dengan varian manis, asin dan sedang.
OT juga pernah mengedarkan beberapa produk mie instan yang eksis pada awal tahun 2000an, antara lain Mie Selera Rakyat, Kare Mie, dan Happy Mie. Namun sayangnya, ketiga merek mie instan tersebut sudah tidak diproduksi lagi.
Saat ini, Husain memiliki kekayaan sebesar $1,15 miliar atau sekitar Rp17,4 triliun, menjadikannya orang terkaya ke-42 di Indonesia.
Eddy Katuari
Eddy mengelola Wings Group, salah satu produsen barang-barang kebutuhan rumah tangga terbesar di Indonesia. Salah satu produk unggulan mereka adalah mi instan merek Mie Sedaap, yang telah dijual di banyak negara.
Ia adalah generasi kedua Grup Wings dan merupakan putra dari pendiri Wings Group, Johannes Ferdinand Katuari. Perusahaan keluarga ini awalnya didirikan oleh Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto pada 1948 di Surabaya, bernama Fa Wings. Saat itu usahanya adalah membuat sabun batangan di rumah.
Di bawah kepemimpinan Eddy, Wings Group melebarkan sayapnya ke produk rumah tangga, perawatan pribadi, dan produksi makanan. Pada era 2000-an, ia melalui Wings Group merambah bisnis properti, perkebunan, oleo chemical, dan keramik.
Di industri oleo chemical, Wings Surya bekerja sama dengan Grup Salim dan Grup Lautan Luas lewat PT Ecogreen. Sedangkan di bisnis packaging, Wings bermitra bersama PT Kinocare Era Kosmetindo
Dengan kekayaan saat ini yang mencapai $1,03 miliar atau sekitar Rp15,6 triliun, Eddy berada di peringkat ke-46 dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Djajadi Djaja
Sosok Djajadi Djaja merupakan penggerak awal bisnis Indomie, mie instan favorit warga Indonesia. Sejak 1959, dia mulai berbisnis bersama kawan-kawan SMA membangun sebuah firma bernama FA Djangkar Djati, belakangan namanya diganti Wicaksana Overseas International.
Kemudian Djajadi Djaja dkk, pada April 1970, mendirikan Sanmaru Food Manufacturing, yang pabriknya sejak 1972 memproduksi mi instan dengan nama Indomie, singkatan dari Indonesia Mie. Pabrik tersebut didirikan Djajadi Djaja bersama Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma. Kelompok usaha asal Medan (Sumut) tersebut kemudian dikenal dengan nama Jangkar Jati Group.
Liem Sioe Liong atau Sudono Salim yang berbisnis tepung terigu, juga berbisnis mie instan dengan merek Sarimie dan Supermie lewat PT Lima Satu Sankyu dan PT Sarimi Asli Jaya sejak 1968. Namun kemudian Liem mendekati Djajadi dan ikut produksi Indomie, dengan mendirikan PT Indofood Eterna pada 1984.
Tidak lama setelah Indomie dan Sarimie bersatu, Supermie juga ikut bergabung. Berkat Om Liem, produk-produk mie instan itu pun menjadi populer di pasar Indonesia.
Namun, pada 1993, perusahaan Djajadi mengalami masalah keuangan. Akibatnya, Grup Salim memutus hubungan dan mendepaknya dari Indofood.
Singkat cerita, Djajadi kemudian melanjutkan berjualan mi instan di bawah naungan PT Jakarana Tama. Perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan yang menjual Mie Gaga, Mie “100”, “1000”, Mie Gepeng, Mie Telor A1, Otak-otak, hingga Sosis Loncat.
Kini, Djajadi menjabat sebagai Komisaris di PT Wicaksana Overseas International Tbk. (DKSH).